Pembubaran Pengurus Musyawarah 1434 H
Mabdauth
Thullab yang merupakan sebuah badan yang dibawahi oleh Sie. Ma’arif tiap
tahunnya selalu berganti kepengurusan. Pemilihan ketua yang baru biasanya
diadakan setelah pelantikan kepengurusan pondok yang baru.
Acara
malam hari ini dimulai pukul 20.00 dan berakhir pukul 22.15 Alhamdulillah
berjalan dengan lancar. Berakhirnya kepengurusan ini ditandai dengan diketoknya
palu oleh Ust. Ahmad Irham. Beliau juga menyampaikan pentingnya musyawarah bagi
tiap orang.
Allah
berfirman dalam
surat an Nisa’ ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ
مِّنَ اللَّـهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا
مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي اْلأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾
Di dalam ayat tersebut terdapat
kalimat yang berisi perintah untuk bermusyawarah dalam segala hal. Oleh karena
itu, sudah jelas bagi kita jika menemui suatu permasalahan yang belum kita
ketahui sebaiknya diselesaikan dengan cara bermusyawarah sehinga kita tidak
salah langkah dalam mengambil suatu keputusan.
Keutamaan Hari Tasu’a dan ‘Asyuro’ (9 & 10 Muharram)
I. Amalan yang Dilakukan.
Hari Tasu’a (tanggal 9 Muharram) dan Hari ‘Asyuro (tanggal 10 Muharram) merupakan dua hari yang sangat mulia, pada hari itu terdapat banyak amalan yang bisa kita lakukan diantaranya puasa.
Selain puasa masih ada amalan-amalan lain yang baik juga diamalkan pada hari ‘Asyuro’, amalan-amalan tersebutkan di dalam nadhom berikut ini:
فِى يَوْمِ عَاشُورَاءَ عَشْـرٌ تَتَّصِـلْ # بِـهَا اثْنَـتــَانِ وَلَـهَا فَضْـلٌ نُقِـلْ
صُْمْ صَلِّ صِلْ زُرْ عَالِمًـا عُدْ وَاكْـتـَحِلْ # رَأْسَ اليَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِـلْ
وَسِّــعْ عَـلَى الْعِيــــَـــانِ قَـلِّـــمْ ظُفْـــرًا # وَسُوْرَةَ اْلإِخْـلاَ صِ قُلْ أَلْفــًا تــَصِلْ
(Ada dua belas amalan utama yang dilakukan di hari ‘Asyuro’, yaitu: 1. Berpuasa; 2. Sholat Tasbih; 3. Silatur Rahim; 4. Berkunjung ke Ulama’; 5. Menengok Orang Sakit; 6. Bercelak; 7. Mengusap Kepala Anak Yatim; 8. Bersedekah; 9. Mandi; 10. Membuat Kelonggaran Keluarga; 11. Memotong Kuku; 12. Membaca Surat Ikhlas 1000 kali.)
II. Apakah keistimewaan puasa Tasu’a dan ‘Asyuro’ itu?
· Akan dihapus dosa setahun yang lalu.
سُئِلَ النَّبِيr عَنْ صَوْمِ عَاشُورَاءَ ، فَقَالَ: (( يُكَفَّرُ السَّـنَةَ المْـَاضِـيَةَ ))
Nabi pernah ditanyai tentang puasa arofah, Beliau bersabda: akan dihapus (dosa) setahun yang lalu.
Nabi pernah bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يَكَفِــّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وقَالَ لَئِنْ عِشْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التــَّاسِعَ فَمَاتَ قَبْلَهُ - رَوَاهُمَا مُسْلِمٌ
Artinya:
Sabda Nabi: “Puasa hari ‘Asyuro’ aku berharap kepada Allah menghapus (dosa) setahun lalu”. Dan Beliau bersabda: “Sungguh jika saya masih hidup sampai tahun mendatang, niscaya aku akan berpuasa di hari Tasu’a”, lalu beliau meninggal.
III. Niat Puasa Hari Tasu’a dan ‘Asyuro’.
· Niat Puasa Tasu’a:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ يَوْمِ تَاسُوْعَاءَ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
· Niat Puasa ‘Asyuro’:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Do’a Hari ‘Asyuro’
حَسْبُنَا اللهُ وَنــِعْمَ الْوَكِيْلُ، نِعْمَ
الْمَوْلَى وَنــِعْمَ النَّصِيْرُ ٧٠ x، سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيْزَانِ
وَمُنْتـَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنـَةَ
الْعَرْشِ، وَالْحَمْدُ ِللهِ مِلْءَ الْمِيْزَانِ وَمُنْتـَهَى
الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنـَةَ الْعَرْشِ، وَاللهُ أَكْبَرُ مِلْءَ الْمِيْزَانِ وَمُنْتـَهَى
الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنـَةَ الْعَرْشِ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا
مِنَ اللهِ إِلاَّ إِلَيـْهِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتـْرِ
وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التـَّامَّاتِ كُلِـّهَا، وَالْحَمْدُ ِللهِ عَدَدَ
الشَّفْعِ وَالْوَتـْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التـَّامَّاتِ كُلِـّهَا، وَ
اللهُ أَكْبَرُ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتـْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ
التـَّامَّاتِ كُلِـّهَا، أَسْأَلــُكَ السَّلاَمَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَصَلَّى اللهُ
تــَعَالَى عَلَى سَيِّدِنـَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ﺁلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ،
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ٣ x
بــِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ،
اللَّــهُمَّ يَا مُفَرِّجَ كُلِّ كَرْبٍ وَياَمُخـْرِجَ ذِى النُّوْنِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَيـَاجَامِعَ شَمْلِ يَعْقُوْبَ يَوْمَ
عَاشُوْرَاءَ، وَياَغَافِرَ ذَنــْبِ دَاوُدَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَياَ كَاشِفَ
ضُرِّ أَيـُّوْبَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَياَ سَامِعَ دَعْوَة ِ مُوْسَى
وَهَارُوْنَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَياَ خَالِقَ رُوْحِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ r
حَبِيْبِهِ وَمُصْطَفَاهُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَياَرَحْمَنَ الدُّنــْياَ
وَالأَخِرَة ِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ اِقْضِ حَاجَتِيْ فِى
الدُّنــْياَوَأَطِلْ عُمْرِيْ فِى طَاعَتِكَ وَمَحَبَّتـِكَ وَرِضَاكَ ياَ
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَأَحْيِيْنِيْ حَيَاةً طَيِّبَةً وَتـَوَفَّنِيْ عَلَى
اْلإِسْلاَمِ وَاْلإِيْمَانِ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى
سَيِّدِنـَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ﺁلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Imam Ibnu Hajar al ‘Asqolani berkata: “Barang siapa membaca do’a tersebut di hari ‘Asyuro’, maka hatinya tidak akan mati.Sayyid ‘Ali al Ajhuri mengutip bahwa “barang siapa membaca do’a tersebut di hari ‘Asyuro’, maka dia dihindarkan dari segala keburukan di tahun tersebut
Referensi
- نهاية الزين ص: ١٩١ – ١٩٢ (مكتبة دار الكتب العلمية)
- من أوراد الذي يقرأ فى المعهد العلوم الشرعية ينبوع القرآن قدس
- من أوراد الذي يقرأ فى المدرسة تشويق الطلاب سلفية قدس
قد تم في ليل الخامس ١٠ محرم ١٤٣٥هـ / ١٤ نوفمبر ٢٠١٣ م
Tata Cara Taubat Nashuha
TATA CARA TAUBAT NASHUHA
Disampaikan oleh KH. AHMADI ABDUL FATTAH, MA
Halal Bi Halal 1434 H Keluarga Besar Yayasan Arwaniyyah Kudus
Selasa, 20 Agustus 2013
Setiap bulan Syawal utamanya pada awal bulan kita sering melihat dan melaksanakan Acara Halal Bi Halal. Halal bi Halal adalah saling memaafkan atau menghalalkan kesalahan, kekhilafan antara satu dengan lainnya. Lebih baik dan lebih sempurnanya adalah apabila silaturahim dan halal bi halal itu dilakukan dengan mengunjungi saudaranya satu persatu dengan membawa sekedar oleh-oleh, mengucap salam, mushafahah, ramah tamah dan saling menghalalkan serta saling mendo’akan. Namun hal itu tidak memungkinkan karena membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karenanya Acara Halal Bi Halal secara bersama-sama bisa menjadi pilihan yang lebih efesien dan ekonomis.
Halal bi Halal sangat penting dan harus dilestarikan karena minimal ada 2 hal penting yaitu Silaturahim dan Halal Bi Halal. Sebab manusia itu tidak lepas dari kesalahan. Sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Dari Anas bin Malik berkata; Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda; Setiap manusia banyak melakukan kesalahan dan sebaik-baiknya orang yang banyak melakukan kesalahan adalah yang mau bertaubat.”
Menurut ahli sharaf lafadh خَطَّاء mengikuti wazan فَعَّال yang berfaidah li al-katsrah bermakna banyak. Sehingga jelas bahwa dosa/kesalahan manusia tidak hanya sedikit tapi banyak dan sering melakukannya. Baik dosa yang dilakukan oleh mata, telinga, tangan, kaki dan anggota lainya. Bagi orang yang berdosa wajib untuk melakukan taubatan nashuha sebagaimana firman Allah subhaanhu wata’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai” (Q.S. At Tahrim; 8)
Taubat itu ada dua:
- 1.Taubat dari dosa yang berhubungan dengan Allah (huquq Allah) misalnya; meninggalkan shalat 5 waktu padahal tidak ada udzur, mengkonsumsi narkoba dan minum-minuman keras dan taubat
- 2.Taubat dari dosa yang berhubungan dengan sesama manusia (huquq al adamy) misalnya; mencuri, merampok, menipu, korupsi, mengumpat, melukai, memukul dll.
Syarat bertaubat dari huquq Allah agar taubat kita diterima oleh Allah ada 3 syarat:
- 1.An Nadaamah (menyesal dan mengakui kesalahan)
Sebesar apapun dosa kita selama kita mau mengakui kesalahan dan mau bertaubat maka Allah akan mengampuninya. Dalam hadits al ifq (kisah fitnah perselingkuhan Sayyidah ‘Aisyah dengan sahabat Shofwan bin Mu’aththal) Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا اعْتَرَفَ بِذَنْبِهِ ثُمَّ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya seorang hamba apabila mengakui dosanya kemudian bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya.”
- 2.Al Iqlaa’ (berhenti seketika dari perbuatan dosa)
Orang yang bertaubat tapi masih melakukan dosa itu sama saja menghina Allah subhaanahu wata’ala
- 3.Al ‘Azmu ‘alaa ‘an la ya’uuda limitslihi (tekad kuat untuk tidak mengulang kesalahan yang sama)
Orang yang bertaubat tapi tidak mempunyai tekad kuat untuk tidak mengulang kesalahan yang sama itu ibarat taubat cengeh (lombok).
Syarat bertaubat dari huquq al adamy ada 4:
- 1.An Nadaamah (menyesal dan mengakui kesalahan)
- 2.Al Iqlaa’ (berhenti seketika dari perbuatan dosa)
- 3.Al ‘Azmu ‘alaa ‘an la ya’uuda limitslihi (tekad kuat untuk tidak mengulang kesalahan yang sama)
- 4.Al Istihlal atau Thalab al Baraa’ah (minta halal atau dibebaskan)
Meminta halal atau pembebasan kepada orang yang didhalimi (mahdlum) dibuktikan dengan mengembalikan kedhaliman (rad al madhalim). Apabila mencuri maka harus mau mengembalikan barang curiannya, memukul orang lain harus siap dibalas dengan pukulan yang sama.
Ketika kita melakukan kesalahan atau dosa kepada orang lain jangan sampai kita malu untuk meminta maaf walau kepada orang yang derajatnya dibawah kita. Dalam hadits diriwayatkan:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ. قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ
“Dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut? Para Sahabat menjawab: orang yang bangkrut diantara kita adalah orang yang tidak mempunyai dirham dan harta dagangan. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang besok hari kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakat tapi ia mencaci orang ini, menuduh zina orang ini, memakan harta orang ini, mengalirkan darah orang ini dan memukul orang ini, maka pahala kebaikannya akan diberikan kepada orang ini (yang didhalimi) dan kepada orang ini (yang lain). Kemudian apabila telah habis pahala kebaikannya sebelum selesai tanggungannya maka akan diambil dosa-dosa kesalahan mereka lalu dilimpahkan kepadanya kemudian ia dilempar kedalam api neraka.”
Sayang seribu sayang apabila pahala amal kebaikan kita, pahala shalat kita, pahala puasa kita dan pahala zakat kita dinodai dengan kedhaliman kepada orang lain. Marilah kita meminta maaf ketika kita melakukan kesalahan kepada orang lain. Meminta maaf tidak akan mengurangi kemuliaan kita, bahkan bisa menambah kemuliaan kita di hadapan Allah dan di hadapan manusia karena meminta maaf menunjukkan ke-gentle-an kita bahkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam memuji orang yang mau meminta maaf dalam sabdanya:
وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Sebaik-baiknya orang yang banyak melakukan kesalahan adalah yang mau bertaubat.”
Bagi orang yang dimintai maaf untuk mau membuka hati memaafkan kepada orang yang memintanya. Sebagaimana firman Allah subhaanahu wata’aala:
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“...maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al Ma’idah; 13)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam berjanji dalam sabdanya:
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
“Allah tidak akan menambah seorang hamba yang memberi maaf kecuali kemuliaan.”
Demikian semoga ada berkah dan manfaatnya. Amin. (Abi Nala)
Kutipan Mauidhoh Hasanah KH. Hasan Fauzi Maskan
KUTIPAN MAUIDHOH HASANAH KH. HASAN FAUZI MASKAN
Disampaikan pada Reuni dan Halal Bi Halal ISMUQ
(Ikatan Santri Ma’hadul Ulumisy Syar’iyyah Yanbu’ul Qur’an)
Kudus, 12/08/2013
Kesalahan atau dosa manusia itu ada 2: Kesalahan/dosa manusia terhadap Allah yang disebut dengan “Huquq Allah” dan kesalahan/dosa manusia terhadap sesama manusia yang disebut dengan “Huquq al Adamy”.
Tradisi
Halal Bi Halal yang berlaku di Indonesia dilaksanakan pada bulan Syawal
karena setelah manusia berusaha menyelesaikan dosa-dosa yang
berhubungan dengan Allah (Huquq Allah) pada bulan Ramadlan dengan
puasa, tarawih dan amal-amal lain dimana bulan Ramadlan adalan bulan
rahmat dan maghfirah, maka manusia menyempurnakannya dengan saling
silaturahim untuk meminta maaf atas kesalahan yang berhubungan dengan
sesamanya (huquq al Adamy).
Kewajiban meminta maaf selagi masih di dunia
Selagi
manusia masih di dunia diwajibkan untuk menyelesaikan urusan-urusannya
terhadap orang lain sebelum datang masa yang sudah tidak berguna lagi
harta yaitu kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ
أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ
دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ
بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam
bersabda: Barang siapa telah melakukan kedzaliman kepada saudaranya
(muslim), baik harta atau sesuatu lainnya maka pada hari ini hendaklah
ia meminta halal (pembebasan) sebelum datang hari tidak berguna padanya
dinar dan dirham. Jika ia mempunyai amal shalih maka amal shalihnya
diambil kadar kedzalimannya (sebagai tebusan kepada orang yang
didzalimi) dan ketika ia sudah tidak mempunyai amal kebaikan maka amal keburukan saudaranya tadi diambil kemudian dibebankan padanya.
Kisah Ibrahim bin Adham dan Penjual Kurma
Dikisahkan
bahwa Ibrahim bin Adham suatu ketika membeli 4 butir kurma sebagai
oleh-oleh ibadah haji. Sesampai di tanah airnya Irak ternyata kurmanya
ada 5 butir, kelebihan 1 butir dianggap beliau sebagai bonus. Pada suatu
malam saat beliau tahiyyat akhir shalat malam terdengar hatif (suara tanpa rupa) yang pertama “Ibrahim bin Adham ini benar-benar kekasih Allah (wali), rajin tahajud” disahut hatif kedua sembari menyindir “Wali kok mau barang syubhat (katutan 1 butir kurma)”. Mendengar itu Ibrahim bin Adham kaget dan ber’azam
tahun depan akan berangkat haji lagi serta menyelesaikan urusannya
dengan penjual kurma. Setelah 1 tahun saat yang dinantikan Ibrahim bin
Adham mencari si penjual kurma dan yang didapat adalah kabar bahwa si
penjual kurma telah meninggal. Ibrahim tetap berusaha mencari ahli
warisnya untuk diminta halalnya, namun keluarga si penjual kurma menolak
karena urusan 1 butir kurma adalah urusan Ibrahim bin Adham dan si
penjual kurma. Ibrahim meminta keluarganya untuk menunjukkan makam si
penjual kurma. Ibrahim bin Adham meminta maaf kepada si penjual kurma di
atas kuburnya, namun komunikasi supranatural Ibrahim bin Adham dengan
si penjual kurma rupanya terhalang tidak tersambungkan. Dengan perasaan
sedih Ibrahim bin Adham menyesali kesalahannya kemudian terdengarlah hatif yang menyarankan supaya Ibrahim bin Adham menebusnya dengan bersedekah dan pahalanya dihadiahkan kepada si penjual kurma.
Kisah Rasulullah dan Sahabat ‘Ukasyah
Pada
saat ajal Rasulullah SAW sudah dekat, Beliau menyuruh Bilal adzan untuk
mengerjakan salat. Lalu berkumpullah para Muhajirin dan Anshar di
Masjid Rasulullah. Kemudian Beliau menunaikan salat dua rakaat bersama
semua yang hadir. Setelah selesai salat, Beliau bangkit lalu naik ke
atas mimbar, seraya bersabda “Alhamdulillah, wahai para muslimin,
sesungguhnya saya adalah seorang nabi yang diutus dan mengajak manusia
kepada jalan Allah dengan ijin-Nya. Saya ini adalah saudara kandung
kalian, kasih sayangku pada kalian seperti seorang ayah pada anaknya.
Oleh karena itu kalau ada siapapun di antara kalian yang mempunyai hak
untuk menuntut, maka hendaklah ia berdiri dan membalasku, sebelum saya
dituntut di hari kiamat.”
Rasulullah
berkata demikian sebanyak 3 kali, kemudian bangkitlah seorang lelaki
bernama ‘Ukasyah bin Mihshan dan berkata : “Demi ayahku dan ibuku ya,
Rasulullah SAW, kalau anda tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali
soal ini, sudah tentu saya tidak mau mengemukakan hal ini.”
Lalu ‘Ukasyah berkata lagi : “Sesungguhnya
dalam Perang Badar saya turut bersamamu ya Rasulullah, pada saat itu
saya mengikuti onta Anda dari belakang. Setelah dekat, saya pun turun
menghampiri Anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha Anda.
Tetapi Anda telah mengambil tongkat dan memukul onta Anda untuk berjalan
cepat. Pada saat itu saya pun Anda pukul dan pukulan itu mengenai
tulang rusuk saya. Oleh karena itu saya ingin tahu, apakah Anda sengaja
memukul saya atau hendak memukul onta tersebut.” Rasulullah berkata : “Wahai ‘Ukasyah, saya sengaja memukul engkau.” Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal: “Wahai Bilal, pergilah engkau ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku.”
Saat
keluar dari masjid menuju rumah Fatimah, bilal meletakkan tangannya di
atas kepala seraya berkata dengan begitu sedihnya : “Duhai,…Rasulullah
SAW telah mempersiapkan dirinya untuk dibalas (diqishash).” Ketika Bilal
sampai di rumah Fatimah, Bilal memberi salam dan mengetuk pintu.
Kemudian Fatimah menyahut dengan berkata : “Siapakah yang ada di pintu?” Bilal menjawab : “Saya Bilal, saya telah diperintah Rasulullah untuk mengambil tongkat Beliau.” Kemudian Fatimah berkata :
“Wahai Bilal untuk apa ayahku minta tongkatnya.” Berkata Bilal : “Wahai Fatimah Rasulullah telah menyiapkan dirinya untuk diqishash.” Fatimah berkata lagi : “Wahai Bilal siapakah manusia yang sampai hati mengqishash Rasulullah SAW?” Bilal
tidak menjawab pertanyaan Fatimah. Setelah Fatimah memberikan tongkat
tersebut, Bilal pun membawa tongkat itu ke hadapan Rasulullah SAW.
Setelah
Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal, beliau pun
menyerahkan pada ‘Ukasyah. Melihat kejadian mengharukan ini, Abu Bakar
dan Umar bin Khattab tampil ke hadapan sambil berkata : “ ‘Ukasyah
janganlah engkau qishash Baginda Nabi, tetapi engkau qishashlah kami
berdua.” Ketika Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar,
dengan segera Beliau berkata : “Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah engkau
berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk engkau
berdua.” Kemudian Ali berdiri, lalu berkata : “Wahai ‘Ukasyah! Aku
adalah orang yang senantiasa berada di samping
Rasulullah SAW, oleh karena itu, engkau pukullah aku dan janganlah
engkau mengqishash Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW berkata : “Wahai
Ali, duduklah engkau, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu
dan mengetahui isi hatimu.” Setelah itu Hasan dan Husein berdiri dan
berkata : “Wahai ‘Ukasyah, bukankah engkau tahu bahwa kami ini adalah
cucu Rasulullah, kalau engkau mengqishash kami sama dengan engkau
mengqishash Rasululullah SAW.” Mendengar kata-kata dari cucunya,
Rasulullah SAW pun berkata : “Wahai buah hatiku, duduklah engkau berdua.”
Rasulullah SAW pun bersabda : “Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau engkau hendak memukul.” Kemudian ‘Ukasyah berkata : “Ya, Rasulullah SAW, Anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.” Lantas, Rasulullah pun membuka baju. Setelah Beliau membuka baju, menangislah semua yang hadir. Setelah ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW, ia pun mencium Beliau dan berkata : “Saya
tebus Anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah SAW. Siapakah yang sanggup
memukul Anda? Saya melakukan ini karena saya ingin menyentuh (memeluk)
tubuh Anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan semoga
Allah SWT menjaga saya dari neraka atas kehormatanmu.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata : “Dengarlah engkau sekalian, sekiranya engkau hendak melihat ahli surga, inilah orangnya.” Kemudian
semua para sahabat bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap
peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para sahabat pun berkata :
“Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau
telah memperoleh derajat tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW dalam
surga.” (Abi Nala)
MENYONGSONG LAILATUL QADAR
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ "Lailatul Qadar lebih baik dari malam seribu bulan"
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda;
من يقم ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
"Barangsiapa mendirikan ibadah pada Lailatul Qadar dg keimanan dan ikhlas mengharap ridla Allah, maka diampuni dosa-dosa yg telah lampau"
Si cantik Laila memang paling diburu berjuta umat Islam di dunia pd bulan Ramadlan penuh berkah.
Tahukah kalian kapan Lailatul Qadar turun?
Ada beberapa versi ulama' menurut ijtihad masing" diantaranya sbb:
1. Imam Abu Hanifah & Imam Syafi'i: Lailatul Qadar turun pd bulan Ramadlan dan biasanya di sepuluh akhir bulan Ramadlan.
2. Abu Hasan Syadzaly: Jika awal Ramadlan hari Ahad maka Lailatul Qadar jatuh pd tgl 29, jika Senin maka tgl 21, jika Selasa maka tgl 27, jika Rabu maka tgl 19, jika Kamis maka tgl 25, jika Jum'at maka tgl 17, jika Sabtu maka tgl 23.
3. Sebagian ulama' lain: jika Jum'at maka tgl 21, jika Rabu maka tgl 29 hari lainnya sda.
4. Ubay bin Ka'b & Ibnu Abbas: Lailatul Qadar turun pd tgl 27 Ramadlan dg perhitungan bahwa jumlah kalimat dalam surat Al Qadar ada 30 sbgmana lazimnya jumlah hari dalam satu bulan dan dlamir "hiya" yg kembali pd Lailatul Qadar berada di urutan 27 atau karena kalimat Lailatul Qadar (dlm tulisan Arab) hurufnya ada 9 dan kalimat ini disebut dlm Surat Al Qadar sebanyak 3 kali sehingga 9 x 3=27.
Lailatul Qadar bukan rumus togel yg bisa kita tebak untuk mendapatkan keberuntungan, karena hanya Allah Yang Maha Tahu. Hasil ijtihad ulama' tidak lebih sebagai salah satu motivasi untuk meningkatkan intensitas ibadah. Hikmah dari kerahasiaan Lailatul Qadar adalah agar umat manusia senantiasa tekun beribadah selama bulan Ramadlan, tidak hanya pd malam tgl 19 atau pd sepuluh akhir utamanya tgl 27 atau 29 Ramadlan.
Selamat menyambut Lailatul Qadar
By: Abi Nala
Peringatan Isra’ Mi’raj 1434 H + Foto

Sebagai umat Islam kita tentunya mengetahui apa itu peristiwa Isra’
Mi’raj. Isra’ Mi’raj merupakan suatu peristiwa perjalanan Nabi Muhammad
dari Masjidil Harom menuju Masjidil Aqsho untuk menerima perintah
sholat.
Oleh karena itu, pondok ini juga merayakan peristiwa tersebut sebagai wujud cinta kita kepada Baginda Rasulullah. Acara tersebut dilaksanakan pada mala 27 Rajab 1434 H atau bertepatan dengan tanggal 5 Juni 2013 M. Acara yang diketuai oleh Nasikhuddin yang juga merupakan ketua panitia Rajabiyyah 1434 H bisa dikatakan berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah beberapa gambar yang kami ambil dalam acara tersebut.
Oleh karena itu, pondok ini juga merayakan peristiwa tersebut sebagai wujud cinta kita kepada Baginda Rasulullah. Acara tersebut dilaksanakan pada mala 27 Rajab 1434 H atau bertepatan dengan tanggal 5 Juni 2013 M. Acara yang diketuai oleh Nasikhuddin yang juga merupakan ketua panitia Rajabiyyah 1434 H bisa dikatakan berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah beberapa gambar yang kami ambil dalam acara tersebut.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment